Wawancara dengan Pedagang Cilok dan Pedagang Nasi Pecel Tumpang
Pada kesempatan kali ini, admin akan membagikan 2 acuan teks wawancara untuk memenuhi peran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum membahas teladan teks, ada baiknya kita ulas lagi ihwal pengertian wawancara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wawancara yaitu aktivitas tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara sebagai penanya dan narasumber sebagai orang yang ditanya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menggali berita tertentu dengan cara tanya jawab guna mencapai tujuan yang direncanakan untuk wawancara itu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara diantaranya adalah :
1. Menentukan topik wawancara (permasalahan yang akan dibicarakan)
2. Menentukan narasumber (orang yang bersedia diwawancarai)
3. Membuat kesepakatan dengan narasumber (menentukan waktu dan tempat untuk bertemu)
4. Membuat daftar pertanyaan
5. Menggunakan bahasa yang sopan dan santun
Penjual : "Silahkan non, dengan senang hati."
Siswi : "Kapan kakak memulai perjuangan menjual cilok ini ?"
Penjual : "Sejak tahun 2000 non."
Siswi : "Mengapa kakak menentukan berjualan cilok ?"
Penjual : "Abang berjualan cilok karena kemampuan yang abang miliki hanya sebatas ini non".
Siswi : "Berapa modal awal yang kakak keluarkan untuk berjualan ?"
Penjual : "Waktu itu modalnya hanya Rp.100.000, non."
Siswi : "Apa saja materi-bahan yang dibutuhkan untuk membuat cilok?"
Penjual : "Bahannya tepung kanji, daging ayam, penyedap rasa. Untuk bumbu aksesori seolah-olah saus, biasanya abang memakai bumbu kacang, kecap, dan saus sambal."
Siswi : "Pada ketika awal berjualan , kakak membuka usaha dirumah atau pribadi berjualan keliling?"
Penjual : "Mulanya abang berjualan di rumah non, tapi ternyata sepi pembeli. Akhirnya abang tetapkan untuk berjualan keliling. Biasanya abang langsung ke sekolah-sekolah."
Siswi : "Abang berjualan mulai jam berapa sampai jam berapa ?"
Penjual : "Kalau pagi biasanya jam 09.00-12.00. Sorenya kakak berjualan lagi mulai jam 16.00-20.00".
Siswi : "Berapa penghasilan rata-rata kakak setiap harinya ?"
Penjual : "Tidak tentu non, terkadang penghasilan sehari Rp.250.000 dengan laba bersih Rp.80.000. Jika tidak terjual habis hanya mampu Rp.150.000. Namanya juga berdagang, kadang ramai, kadang sepi non."
Siswi : " Apabila dagangan tidak habis terjual, itu dibuang atau diolah lagi?"
Penjual : "Biasanya kalau masih ada dihangatkan lagi non. Tapi rasanya jadi beda. Yang sering, bila dagangan tidak habis terjual, kakak berikan kepada tetangga."
Siswi : "Biasanya para pedagang memakai bahan pengawet semoga dagangannya tahan usang. Bagaimana menurut kakak ?"
Penjual : "Waduh, sejauh ini abang belum pernah memakainya non. Alhamdulillah, dagangan cilok abang seringkali habis terjual. Di satu sisi penggunaan materi pengawet itu tidak baik untuk kesehatan."
Siswi : "Ooh, begitu ya bang, baguslah. Selama menjalankan usaha ini, pernahkah kakak berpikir untuk mencari pekerjaan lain ?"
Pedagang : "Tidak non. Apa yang bisa diharapkan dari orang seperti abang yang Sekolah Dasar saja tidak simpulan. Abang sudah sangat bersyukur dengan usaha ini. Meskipun penghasilan tidak seberapa yang penting cukup untuk menghidupi keluarga."
Siswi : "Oh begitu ya bang. Saya kira sudah cukup. Sudah banyak berita yang saya mampukan. Semoga perjuangan kakak semakin sukses dan berkah. Trima kasih banyak sudah memberi saya kesempatan untuk mewawancarai abang."
Penjual : 'Aamiin. Sama-sama non."
Pewawancara : "Selamat malam bu, mohon maaf mengganggu."
Pedagang : "Selamat malam mas."
Pewawancara : " Bagaimana hasil jualannya hari ini bu ?"
Pedagang : "Alhamdulillah lancar mas."
Pewawancara : " Begini bu, aku ada peran untuk mewawancarai ibu. Apakah ibu berkenan?"
Pedagang : "Ooh, silahkan mas."
Pewawancara : "Bu, bisa anda ceritakan awal mulanya ibu jualan nasi pecel tumpang?"
Pedagang : "Ya. Jadi begini mas, sebelum aku jualan nasi pecel tumpang, saya jualan sayur. Kemudian suami menawari aku jualan nasi. Saya tanya, jualan dimana? Suami saya menjawab di pos gardu depan pasar desa. Waktu itu saya berpikir sejenak. Menimbang-nimbang keputusan. Akhirnya, saya sepakat untuk jualan ya disini ini daerahnya."
Pewawancara : "Itu tahun berapa, bu?"
Pedagang : "Saya masih ingat betul pertama kali jualan itu tanggal 17 Agustus 2000 bertepatan dengan upacara hari kemerdekaan yang di selenggarakan di lapangan desa ini."
Pewawancara : "Waktu pertama kali jualan itu bagaimana bu?"
Pedagang : "Awalnya tidak seakan-akan ini mas. Saya belum jualan banyak seakan-akan ini. Hanya nasi pecel tumpang dan minuman saja. Namanya juga masih baru mas. Pembeli belum begitu banyak. Yang namanya orang jualan ada saja halangannya. Dulu aku sering kali diusili orang. Sepulang dari jualan kan segala perabot hanya saya letakkan di belakang pos ini. Mulai gelas, piring, sendok. Semua aku simpan dalam kardus bekas air mineral. Ternyata perabot-perabot jualan milik saya itu dicuri orang. Tapi aku biarkan saja. Saya lapang dadakan. Mungkin ini cobaan orang mencari rejeki. Bahkan saya juga pernah mas, dikerjain orang yang iri. Tapi ya lagi-lagi aku biarkan. Saya tidak mau membalasnya. Biar Yang Kuasa yang membalas."
Pewawancara : "Benar bu, kalau kita ikhlas, dan tetap berbuat baik, pasti Allah ganti dengan rejeki yang lebih banyak."
Pedagang : "Iya mas, saya percaya kalau Gusti Allah ora sare."
Pewawancara : "Ngomong-ngomong, nasi pecel tumpang bu Endang ini kan terkenal lezat bahkan populer sampai luar kota juga. Kalau boleh tahu, itu resepnya apa ya bu?"
Pedagang : "Sebenarnya tidak begitu sulit membuatnya mas, alasannya materi-bahannya sangat merakyat. Pecel berbahan dasar kacang tanah sedang tumpang lebih ke perpaduan tempe waras dan tempe bosok yang diracik dengan cabe rawit dan cabai besar dengan rempah-rempah lainnya. Namun, cita rasa yang dihasilkan akan berbeda antara satu tangan dengan tangan yang lain. Antara warung lesehan yang satu dengan yang lainnya. Begitulah. Masing-masing akan mempunyai cita rasa yang khas."
Pewawancara : " Ooh begitu ya bu. Satu pincuk nasi pecel tumpang ini ibu jual berapa ?"
Pedagang : "Tidak mahal mas, hanya 5000 rupiah saja."
Pewawancara : "Bu, lesehan ini biasanya buka dari jam berapa hingga jam berapa?"
Pedagang : "Kalau persiapan itu jam lima sore, mas. Setelah magrib mulai jualan sampai malam jam dua belas."
Pewawancara : "Setiap hari berapa kilo nasi yang ditanak, bu?"
Pedagang : "Tidak pasti. Tapi kalau dirata-rata kurang lebih 10 Kg setiap harinya. Seperti kemarin itu, saya sampai menanak dua kali saking ramainya."
Pewawancara : "Pernah tidak bu sampai tidak habis jualannya?"
Pedagang : "Ya pernah, mas."
Pewawancara : "Kalau tidak habis, nasinya itu dibuang atau dibagi-bagikan?"
Pedagang : “Biasanya dibagikan, namun kadang-kadang kalau sisa nasinya banyak itu dibuat krupuk puli, mas."
Pewawancara : "Kalau kulupan dan lalapannya tidak habis bagaimana bu?"
Pedagang : "Kalau itu dibuang, mas. Soalnya kan tidak tahan usang."
Pewawancara : "Selama 16 tahun jualan nasi pecel tumpang, apa mimpi dan impian njenengan bu ?"
Pedagang : "Maksudnya ?"
Pewawancara : "Maksud saya satu keinginan besar yang mungkin hingga hari ini masih belum terwujud."
Pedagang : "Waah banyak, mas. Anak saya kan 5. Yang 2 sudah menikah tapi belum punya rumah. Yang 3 masih sekolah itu minta dikuliahkan semua. Ya, praktis-mudahan aku diberi rejeki yang banyak, jualannya lancar sehingga mampu membantu anak dikit-dikit untuk membangun rumah serta menyekolahkan ketiga anak saya itu sampai sekolah tinggi tinggi."
Pewawancara : "Aamiin. Baiklah bu, karena waktu sudah memperlihatkan pukul sebelas, saya mohon pamit. Saya ucapkan trimakasih banyak atas waktu yang ibu luangkan. Semoga usaha ibu ini semakin sukses."
Pedagang : "Aamiin. Sama-sama mas."
Demikian Wawancara dengan Pedagang Cilok dan Pedagang Nasi Pecel Tumpang yang bisa aku bagikan. Semoga bermanfaat dan mampu dijadikan referensi untuk memenuhi tugas sekolah. Selamat belajar !
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wawancara yaitu aktivitas tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara sebagai penanya dan narasumber sebagai orang yang ditanya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menggali berita tertentu dengan cara tanya jawab guna mencapai tujuan yang direncanakan untuk wawancara itu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara diantaranya adalah :
1. Menentukan topik wawancara (permasalahan yang akan dibicarakan)
2. Menentukan narasumber (orang yang bersedia diwawancarai)
3. Membuat kesepakatan dengan narasumber (menentukan waktu dan tempat untuk bertemu)
4. Membuat daftar pertanyaan
5. Menggunakan bahasa yang sopan dan santun
1. Wawancara dengan pedagang pentol cilok
Siswi : "Permisi bang, maaf mengganggu. Boleh minta waktunya sebentar?"
Penjual : "Iya boleh non. Ada yang mampu saya bantu ?"
Siswi : "Perkenalkan, aku Zowiya. Begini bang, saya mendapat tugas dari guru Bahasa Indonesia untuk mewawancarai pedagang sebagai narasumber. Apa abang bersedia untuk diwawancarai ?"Penjual : "Silahkan non, dengan senang hati."
Siswi : "Kapan kakak memulai perjuangan menjual cilok ini ?"
Penjual : "Sejak tahun 2000 non."
Siswi : "Mengapa kakak menentukan berjualan cilok ?"
Penjual : "Abang berjualan cilok karena kemampuan yang abang miliki hanya sebatas ini non".
Siswi : "Berapa modal awal yang kakak keluarkan untuk berjualan ?"
Penjual : "Waktu itu modalnya hanya Rp.100.000, non."
Siswi : "Apa saja materi-bahan yang dibutuhkan untuk membuat cilok?"
Penjual : "Bahannya tepung kanji, daging ayam, penyedap rasa. Untuk bumbu aksesori seolah-olah saus, biasanya abang memakai bumbu kacang, kecap, dan saus sambal."
Siswi : "Pada ketika awal berjualan , kakak membuka usaha dirumah atau pribadi berjualan keliling?"
Penjual : "Mulanya abang berjualan di rumah non, tapi ternyata sepi pembeli. Akhirnya abang tetapkan untuk berjualan keliling. Biasanya abang langsung ke sekolah-sekolah."
Siswi : "Abang berjualan mulai jam berapa sampai jam berapa ?"
Penjual : "Kalau pagi biasanya jam 09.00-12.00. Sorenya kakak berjualan lagi mulai jam 16.00-20.00".
Siswi : "Berapa penghasilan rata-rata kakak setiap harinya ?"
Penjual : "Tidak tentu non, terkadang penghasilan sehari Rp.250.000 dengan laba bersih Rp.80.000. Jika tidak terjual habis hanya mampu Rp.150.000. Namanya juga berdagang, kadang ramai, kadang sepi non."
Siswi : " Apabila dagangan tidak habis terjual, itu dibuang atau diolah lagi?"
Penjual : "Biasanya kalau masih ada dihangatkan lagi non. Tapi rasanya jadi beda. Yang sering, bila dagangan tidak habis terjual, kakak berikan kepada tetangga."
Siswi : "Biasanya para pedagang memakai bahan pengawet semoga dagangannya tahan usang. Bagaimana menurut kakak ?"
Penjual : "Waduh, sejauh ini abang belum pernah memakainya non. Alhamdulillah, dagangan cilok abang seringkali habis terjual. Di satu sisi penggunaan materi pengawet itu tidak baik untuk kesehatan."
Siswi : "Ooh, begitu ya bang, baguslah. Selama menjalankan usaha ini, pernahkah kakak berpikir untuk mencari pekerjaan lain ?"
Pedagang : "Tidak non. Apa yang bisa diharapkan dari orang seperti abang yang Sekolah Dasar saja tidak simpulan. Abang sudah sangat bersyukur dengan usaha ini. Meskipun penghasilan tidak seberapa yang penting cukup untuk menghidupi keluarga."
Siswi : "Oh begitu ya bang. Saya kira sudah cukup. Sudah banyak berita yang saya mampukan. Semoga perjuangan kakak semakin sukses dan berkah. Trima kasih banyak sudah memberi saya kesempatan untuk mewawancarai abang."
Penjual : 'Aamiin. Sama-sama non."
2. Wawancara dengan pedagang nasi pecel tumpang
Pewawancara : "Selamat malam bu, mohon maaf mengganggu."
Pedagang : "Selamat malam mas."
Pewawancara : " Bagaimana hasil jualannya hari ini bu ?"
Pedagang : "Alhamdulillah lancar mas."
Pewawancara : " Begini bu, aku ada peran untuk mewawancarai ibu. Apakah ibu berkenan?"
Pedagang : "Ooh, silahkan mas."
Pewawancara : "Bu, bisa anda ceritakan awal mulanya ibu jualan nasi pecel tumpang?"
Pedagang : "Ya. Jadi begini mas, sebelum aku jualan nasi pecel tumpang, saya jualan sayur. Kemudian suami menawari aku jualan nasi. Saya tanya, jualan dimana? Suami saya menjawab di pos gardu depan pasar desa. Waktu itu saya berpikir sejenak. Menimbang-nimbang keputusan. Akhirnya, saya sepakat untuk jualan ya disini ini daerahnya."
Pewawancara : "Itu tahun berapa, bu?"
Pedagang : "Saya masih ingat betul pertama kali jualan itu tanggal 17 Agustus 2000 bertepatan dengan upacara hari kemerdekaan yang di selenggarakan di lapangan desa ini."
Pewawancara : "Waktu pertama kali jualan itu bagaimana bu?"
Pedagang : "Awalnya tidak seakan-akan ini mas. Saya belum jualan banyak seakan-akan ini. Hanya nasi pecel tumpang dan minuman saja. Namanya juga masih baru mas. Pembeli belum begitu banyak. Yang namanya orang jualan ada saja halangannya. Dulu aku sering kali diusili orang. Sepulang dari jualan kan segala perabot hanya saya letakkan di belakang pos ini. Mulai gelas, piring, sendok. Semua aku simpan dalam kardus bekas air mineral. Ternyata perabot-perabot jualan milik saya itu dicuri orang. Tapi aku biarkan saja. Saya lapang dadakan. Mungkin ini cobaan orang mencari rejeki. Bahkan saya juga pernah mas, dikerjain orang yang iri. Tapi ya lagi-lagi aku biarkan. Saya tidak mau membalasnya. Biar Yang Kuasa yang membalas."
Pewawancara : "Benar bu, kalau kita ikhlas, dan tetap berbuat baik, pasti Allah ganti dengan rejeki yang lebih banyak."
Pedagang : "Iya mas, saya percaya kalau Gusti Allah ora sare."
Pewawancara : "Ngomong-ngomong, nasi pecel tumpang bu Endang ini kan terkenal lezat bahkan populer sampai luar kota juga. Kalau boleh tahu, itu resepnya apa ya bu?"
Pedagang : "Sebenarnya tidak begitu sulit membuatnya mas, alasannya materi-bahannya sangat merakyat. Pecel berbahan dasar kacang tanah sedang tumpang lebih ke perpaduan tempe waras dan tempe bosok yang diracik dengan cabe rawit dan cabai besar dengan rempah-rempah lainnya. Namun, cita rasa yang dihasilkan akan berbeda antara satu tangan dengan tangan yang lain. Antara warung lesehan yang satu dengan yang lainnya. Begitulah. Masing-masing akan mempunyai cita rasa yang khas."
Pewawancara : " Ooh begitu ya bu. Satu pincuk nasi pecel tumpang ini ibu jual berapa ?"
Pedagang : "Tidak mahal mas, hanya 5000 rupiah saja."
Pewawancara : "Bu, lesehan ini biasanya buka dari jam berapa hingga jam berapa?"
Pedagang : "Kalau persiapan itu jam lima sore, mas. Setelah magrib mulai jualan sampai malam jam dua belas."
Pewawancara : "Setiap hari berapa kilo nasi yang ditanak, bu?"
Pedagang : "Tidak pasti. Tapi kalau dirata-rata kurang lebih 10 Kg setiap harinya. Seperti kemarin itu, saya sampai menanak dua kali saking ramainya."
Pewawancara : "Pernah tidak bu sampai tidak habis jualannya?"
Pedagang : "Ya pernah, mas."
Pewawancara : "Kalau tidak habis, nasinya itu dibuang atau dibagi-bagikan?"
Pedagang : “Biasanya dibagikan, namun kadang-kadang kalau sisa nasinya banyak itu dibuat krupuk puli, mas."
Pewawancara : "Kalau kulupan dan lalapannya tidak habis bagaimana bu?"
Pedagang : "Kalau itu dibuang, mas. Soalnya kan tidak tahan usang."
Pewawancara : "Selama 16 tahun jualan nasi pecel tumpang, apa mimpi dan impian njenengan bu ?"
Pedagang : "Maksudnya ?"
Pewawancara : "Maksud saya satu keinginan besar yang mungkin hingga hari ini masih belum terwujud."
Pedagang : "Waah banyak, mas. Anak saya kan 5. Yang 2 sudah menikah tapi belum punya rumah. Yang 3 masih sekolah itu minta dikuliahkan semua. Ya, praktis-mudahan aku diberi rejeki yang banyak, jualannya lancar sehingga mampu membantu anak dikit-dikit untuk membangun rumah serta menyekolahkan ketiga anak saya itu sampai sekolah tinggi tinggi."
Pewawancara : "Aamiin. Baiklah bu, karena waktu sudah memperlihatkan pukul sebelas, saya mohon pamit. Saya ucapkan trimakasih banyak atas waktu yang ibu luangkan. Semoga usaha ibu ini semakin sukses."
Pedagang : "Aamiin. Sama-sama mas."
Demikian Wawancara dengan Pedagang Cilok dan Pedagang Nasi Pecel Tumpang yang bisa aku bagikan. Semoga bermanfaat dan mampu dijadikan referensi untuk memenuhi tugas sekolah. Selamat belajar !
0 Komentar Untuk "Wawancara dengan Pedagang Cilok dan Pedagang Nasi Pecel Tumpang"
Post a Comment