IBX5980432E7F390 Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) - Bahas Materi Sekolah

Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

A.  Pengertian Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yaitu salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas mencar ilmu dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa mampu berguru lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.


Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT) hampir sama seakan-akan STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah  dipakai dalam banyak sekali macam mata pelajaran, dan paling cocok dipakai untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.

B. Ciri – ciri model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai  berikut ( Slavin ) :
1.         Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil
2.         Games Tournament
3.         Penghargaan Kelompok

C. Fase Kegiatan Guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa mencar ilmu.
Fase – 2
Menyajikan informasi. Guru mengatakan gosip singkat sebagai pendahuluan terkait dengan bahan latih.
Fase – 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelom-pok-kelompok mencar ilmu. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok berguru dan membantu setiap kelompok supaya melakukan permainan secara pengaruhtif dan efisien.
Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan berguru. Guru membimbing pembentukan kelompok-kelompok belajar pada saat mereka akan melaksanakan permainan.
Fase – 5
Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar perihal bahan yang telah dipelajari atau hasil permainan kuis dari masing-masing kelompok.
Fase – 6
Memberikan penghargaan.  Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber: Muslich (2007: 230).

D.  Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament
Pendekatan yang dipakai dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil
Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu;
(a) memberi kesempatan kepada siswa untuk berbagi kemampuan memecahkan masalah secara rasional,
(b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong
(c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan
(d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Agar kelompok kecil mampu berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran  dibutuhkan;
(a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok,
(b) siswa sebagai anggota kelompok mempunyai rasa tanggung jawab,
(c) setiap anggota kelompok membina relasi yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan
(d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu;
(a) pembentukan kelompok
(c) perencanaan peran kelompok,
(d) pelaksanaan, dan
(d) evalusi hasil berguru kelompok.

E.  Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1.  Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru mengatakan bahan dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran eksklusif atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada dikala penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami bahan yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada dikala kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.  Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat hingga dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Permainan ( Games )
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan berguru kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa menentukan kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
4. Pertandingan atau lomba ( Tournament )
Untuk memulai turnamen masing-masing penerima mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat  sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah penerima dalam kelompok itu lima orang maka yang menerima nomor terendah sebagai reader 2. Reader 1 perannya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 perannya yaitu menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 berdasarkan chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya ialah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 berdasarkan chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya ialah membacakan kunci tanggapan . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi akseptor berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini mampu menyenangkan para penerima didik atas prestasi yang telah mereka buat.

F.  Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1)  Pembelajaran terpusat pada siswa
2)  Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3)  Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk mampu menyelesaikan persoalan)
4)  Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5)  Dalam kompetisi diterapkan system point
6) Dalam kompetisi diadaptasi dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik
7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
8)  Dalam dukungan bimbingan guru mengacu pada jurnal
9)  Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

G.  Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang berpengaruh untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif membuat sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok mampu meraih tujuan pribadi mereka adalah bila kelompok mereka sukses. Oleh lantaran itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun semoga kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan perjuangan maksimal.
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kolaborasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif ialah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika berita ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan gosip yang sudah ada di dalam memori, orang yang mencar ilmu harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif ialah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua bahan, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan berguru yang diciptakan guru mampu direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan dampak psikologis bagi siswa.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset wacana pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang memakai TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama mulut dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam berguru bersama, tetapi memakai waktu yang lebih banyak.
6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada cukup umur-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang mendapat skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT ialah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian mencar ilmu siswa secara individual.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT  Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk peran
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai bahan secara mendalam
4) Proses mencar ilmu mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi mencar ilmu lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan akal, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT ialah:
1.  Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jikalau guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2.  Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit menyampaikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan sanggup menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)"

Post a Comment