IBX5980432E7F390 Teori Belajar Jerome Bruner - Bahas Materi Sekolah

Teori Belajar Jerome Bruner

A. Riwayat Singkat Jerome Bruner

Jerome Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus pindah ke rumah familinya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-pindah sekolah. Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York City ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D dari Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980. la menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New School For Social Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi kognitif sebagai suatu alternatif teori behavioristik dalam psikologi semenjak pertengahan kurun 20. Pendekatan kognitif Bruner mengakibatkan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada masa Pesiden Jhon F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan kehormatan termasuk
International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi Psikologi Amerika. Bruner juga seorang penulis produktif. Dantara karya tulisnya antara lain:
Acts of Meaning (Harvard University Press, l99l)
The Culture of Education (Harvard University press, 1996)
The Process of Education (Harvard University press. 1960)
Toward a Theory of Instruction (Harvard Univenity press, 1966)
Beyond the Information Given; Studies in the Psychology of Knowing (Norton, 1973)
Child’s Talk: Learning to Use Language (Norton, 1983)
Actual Minds, Possible Worlds (Harvard, University press, 1986)
Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam Structur Projek Madison di Amerika Serikat.  Setelah itu, ia menjadi seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.
Jerome Bruner ialah seorang andal psikologi perkembangan dan andal psikologi mencar ilmu kognitif. Pendekatannya tentang psikologi ialah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi insan, motivasi, mencar ilmu dan berfikir. Dalam mempelajarai insan, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta berita. Bruner menganggap, bahwa berguru itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi gres, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap berguru yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang ihwal alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori mencar ilmu behavioristik. Teori mencar ilmu kognitif lebih mementingkan proses berguru dari pada hasil bergurunya. Para penganut fatwa kognitif mengatakan bahwa berguru tidak sekedar melibatkan kekerabatan antara stimulus dan respon. Tidak seakan-akan model berajar behavioristik yang mempelajari proses berguru hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model berguru kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model mencar ilmu kognitif mengatakan bahwa tingkah laris seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berafiliasi dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laris yang nampak.
Teori  kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan gosip, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses mencar ilmu terjadi antara lain meliputi pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Bruner ternyata tidak mengambangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang menentukan, mempertahankan dan mentransformasikan info secara aktif, dan inilah menurut bruner inti dari mencar ilmu. Oleh lantaran itu Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan insan dengan isu yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sehabis memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.

B. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

1. Empat Tema wacana Pendidikan

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada kekerabatan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
Tema kedua ialah wacana kesiapan untuk berguru. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang benar atau tidak.
Tema keempat adalah wacana motivasi atau keingianan untuk mencar ilmu dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap mencar ilmu didasarkan pada dua perkiraan. Asumsi pertama yaitu bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang mencar ilmu berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan gosip yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi aneka macam aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu relasi antara hal-hal yang diketahui.
Bruner menandai perkembangan kognitif insan sebagai berikut:
a. Perkembangan intelektul ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis
c. Perkembangan intelekual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang wacana apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini bekerjasama dengan kepercayaan pada diri sendiri.
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang renta dengan anak diharapkan bagi perkembangan kognitifnya
e. Bahasa yaitu kunci perkembangan kognitif lantaran bahasa merupakan alat komunikasi antara insan. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa dibutuhkan untuk mengkomunikasikan suatu konsep ke pada oraag lain.
f. Perkembaagan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan. memilih tindakan yang tepat, dapat menyampaikan prioritas yang berurutan dalam banyak sekali situasi

3. Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi gres, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Informasi baru merupakan penghalusan dari isu sebelumnya yang dimiliki seseorang atau gosip itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan berita sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas gres. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang akil balig cukup akal melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif. Ia menekankan cara-cara manusia berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan pengalaman secara mendalam. Menurut Bruner, perkembangan kognitif juga melalui tiga tahapan yang ditentukan cara melihat lingkungan, yaitu:
a. Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.
b. Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi lisan. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya, anak berguru melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komperasi)
c. Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang telah sanggup memiliki inspirasi-ide atau gagasan-gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan nalar. Dalam memahami dunia sekitarnya anak berguru melalui simbol-simbol bahasa, nalar, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses pemikirannya, semakin mayoritas sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih dibutuhkannya sistem enaktif dan ekonik dalam proses berguru.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Kaprikornus cara ini terdiri atas penyajian insiden-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga tidak menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik memakai kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-objek,  memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai pola dari ketiga cara penyajian ini, ihwal pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk mampu lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih bau tanah mampu menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau ilustrasi. ”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seakan-akan yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan mampu dijelaskan dengan memakai bahasa tanpa dukungan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan memakai Hukum Newton perihal momen.

C. Belajar Penemuan

Salah satu model kognitif yang sangat besar lengan berkuasa adalah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama berguru inovasi (discovery learning). Bruner menganggap bahwa berguru inovasi sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh insan dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan semoga siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip supaya mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan mencar ilmu inovasi menunjukkan beberapa kebaikan. Diantaranya yaitu:
1. Pengetahuan itu bertahan usang atau lama dapat diingat.
2. Hasil mencar ilmu inovasi mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh mencar ilmu penemuan meningkatkan akal budi siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Asumsi umum wacana teori berguru kognitif: a. Bahwa pembelajaran gres berasal dari proses pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya proses gosip (active learning). c. Pemaknaan berdasarkan relasi. d. Proses kegiatan mencar ilmu mengajar menitikberatkan pada korelasi dan seni manajemen.
Model kognitif mulai berkembang pada periode terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model  kognitif ini memiliki perspektif bahwa para penerima latih memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan lalu menemukan  kekerabatan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana gosip diproses.
Peneliti yang berbagi kognitif ini yaitu Ausubel, Bruner, dan Gagne.  Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki pengutamaan yang berbeda.  Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (Advance Organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap mencar ilmu.  Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta asuh untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu tanggapan atas  bagaimana peserta ajar  memperoleh berita dari lingkungan.  Bruner berbagi teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu: enaktif, ikonik, dan simbolik.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting materi pelajaran harus ditata dengan baik maka mampu diberikan padanya. Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur materi yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang populer dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama mampu diberikan mulai dari SD sampai Perguruan tinggi diadaptasi dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Tutorial berguru yang terbaik menurut Bruner ini ialah dengan memahami konsep, arti dan kekerabatan melalui proses intuitif lalu mampu dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
Bruner mempreskripsikan pembelajaran hendaknya mampu membuat situasi supaya siswa mampu belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya. Sedangkan Ausubel mempreskripsikan biar siswa dapat membuatkan stuasi berguru, menentukan dan menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam bentuk hidangan pembelajaran yang terorganisasi dari umum menuju kepada yang rinci dalam satu satuan bahasan yang bermakna.
Teori pembelajaran Bruner mementingkan pembelajaran melalui penemuan bebas (Free discovery learning) atau inovasi yang dibimbing, atau latihan penemuan. Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori pembelajarannya yaitu; cara insan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pengalamannya,  perkembangan mental manusia dan pemikiran semasa proses pembelajaran, pemikiran secara nalar, penggunaan istilah untuk memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran analisis dan intuitif, pembelajaran induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan pemikiran metakognitif. Teori-teori tersebut dapat diaplikasikan dalam 10 cara sebagai berikut:
1. Pembelajaran penemuan
2. Pembelajaran melalui metode induktif
3. Memberi teladan-contoh yarg berkaitan dan tidak berkaitan dengan konsep
4. Membantu siswa melihat korelasi antar konsep
5. Membiasakan siswa membuat pemikiran intuitif
6. Melibatkan siswa
7. Pengajaran untuk pelajar tahap rendah
8. Menggunakan alat bantu mengajar
9. Pembelajaran melalui kajian luar
10. Mengajar mengikuti kemampuan siswa
Teori Bruner mempunyai ciri khas dari pada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery”, yaitu mencar ilmu dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, lantaran teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu ketika muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
Bruner beropini bahwa seseorang murid berguru dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa  menemukan konsep yang gres dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran inovasi
Langkah-langkah discovery learning:
1. Siswa dihadapkan pada dilema-problem yang menyebabkan suatu perasaan gagal di dalam dirinya lni dimulai proses inquiry
2. Siswa mulai mengusut masalah itu secara individual
3. Siswa berusaha memecahkan duduk perkara dengan menggunakan pengetahuan yang sebelumnya
4. Siswa memperlihatkan pengertian dari generalisasi itu
5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalilisasi itu didasarkan.

D. Penerapan Teori Kognitif Bruner dalam Dunia Pendidikan

Pada pecahan ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar inovasi pada siswa, ditinjau dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam dunia pendidikan.
1. Metode dan Tujuan
Dalam mencar ilmu inovasi, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan mencar ilmu sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui berguru penemuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner dalam bukunya Toward a Theory of Instruction yang diambil dari buku Teori-Teori Belajar tulisan Ratna Wilis Dahar, Bruner mengatakan:
“We teach a subject not to produce litle living libraries on the subject, but rather to get a student to think mathematically for him self, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not aproduct.”
Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil ihwal sains, melainkan kita ingin membuat belum dewasa kita berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan. Mengetahui itu yaitu suatu proses, bukan suatu produk.
2. Peranan Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam berguru penemuan adalah:
Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan kasus. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbulah kasus. Dalam keadaan yang ilhamal, hal yang berlawanan itu mengakibatkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk mengusut kasus itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari perkara itu.
Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif ialah melaui tindakan atau dengan kata lain berguru sambil melakukan (learning by doing). Ikonik ialah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik yaitu menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
Bila siswa memecahkan kasus di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya menyampaikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru hendaknya menyampaikan umpan balik pada waktu yang tepat.
Menilai hasil berguru merupakan suatu masalah dalam mencar ilmu penemuan. Secara garis besar belajar inovasi ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan, evaluasi hasil berguru penemuan meliputi pemahaman perihal konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situsi gres dan situasi kehidupan aktual sehari-hari pada siswa.
Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan perkara. Penilaian hasil berguru meliputi ihwal konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.
3. Langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Bruner
Bruner mengajukan beberapa langkah-langkah pembelajaran, yaitu:
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya mencar ilmu dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran
d. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari acuan-contoh kegeneralisasi)
e. Mengembangkan materi-bahan belajar yang berupa pola-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak, atau dari tahap enaktik, ikonik sampai kepada tahap simbolik melakukan penilaian proses dan hasil mencar ilmu siswa.
g. Disamping itu ada beberapa saran-saran embel-embel yang berdasarkan pendekatan discovery learning terhadap pengajaran.
h. Mendorong memberikan “dugaan sementara” dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
i. Menggunakan aneka macam alat peraga dan permainan
j. Guru harus mendorong siswa untuk memuaskan keingintahuan kalau mereka ingin berbagi pikirannya atau ide-ide yang kadang-kadang tidak langsung berhubungan dengan mata pelajaran
k. Gunakan sejumlah acuan yang belawanan dengan mata pelajaran yang berafiliasi dengan topik.

E. Keistimewaan dan Kelemahan Discovery Learning

Dalam setiap teori pastilah ada keistimeaan dan kelemahan. Begitu juga halnya dengan teori discovery learning yang cetuskan oleh Jerome Bruner. Ada beberapa keistimewaan discovery learning itu, antara lain:
1. Discovery learning menimbulkan keingintahuan siswa, mampu memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan hingga mereka menemukan tanggapan-jawaban.
2. Pendekatan ini dapat mengajar keterampilan menyelesaikan kasus secara berdikari dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi isu dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja
3. Hasilnya lebih berakar dari pada cara mencar ilmu yang lain.
4. Lebih praktis dan cepat ditangkap
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-hari berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan baik
Sedangkan kelemahan teori Discovey Learning Jerome Bruner antara lain:
1. Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan sistem yang belum mendukuag inovasi sendiri, sementara secara realistis murid didominasi hanya menerima dari guru
2. Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya. Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab pengetahuan yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang tepat tapi gres sebatas coba-coba.

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Teori Belajar Jerome Bruner"

Post a Comment